~ It's simple. Just say what you want (Don't say what you don't want)... ~

Saturday, September 11, 2010

Pemurnian-kembali Martabat Manusia.





Pemurnian-kembali Martabat Manusia.

Apa adanya Anda jauh lebih agung dari apapun atau siapapun

yang pernah Anda rindukan.

Tuhan bermanifestasi di dalam Anda dalam suatu cara khusus

dimana Beliau tidak bermanifestasi dengan cara yang sama

dalam manusia lain manapun.

Wajah Anda tak sama dengan manusia lain,

jiwa Andapun tak sama dengan siapapun,

Anda lengkap dalam diri Anda sendiri;

sebab di dalam jiwa Anda tergelar harta-karun teragung dibanding semuanya —Tuhan.

~ Sri Paramahansa Yogananda.

Naluri merupakan sisi khewani kita yang tersimpan rapi di tataran bawah-sadar. Ia bekerja secara otomatis, tatkala diperlukan. Ia bukan sesuatu yang perlu diingat-ingat lagi. Ingatan tertentu sesuatu yang bersifat artifisial, buatan, di tataran bawah-sadar kita; tidak seperti naluri. Untuk jadi ‘menaluri’, ingatan masih perlu mengalami suatu proses panjang.

Oleh karenanyalah, membongkar naluri khewani sungguh bukan sesuatu yang mudah. Boleh jadi dibutuhkan beberapa puluh kali kelahiran, hanya untuk itu; kalau tidak menggunakan ‘jurus ampuh’ yang disebut tapa-brata. Oleh karenanya, tapa-brata juga merupakan laku pensucian; pemurnian-kembali martabat kemanusiaan. Sayangnya, lantaran terjadinya salah persepsi di kalangan awam, mendengar istilah tapa-brata itu saja, banyak orang yang sudah merasa ngeri, terdengar menyeramkan. Akibatnya, alih-alih berniat mempraktekkannya, mencaritahu tentang itu lebih jauh lagi saja, sudah enggan.

Bagusnya, belakangan ini, laku tapa-brata sudah mulai disosialisasikan —dengan menyelipkannya di dalam perayaan hari-hari raya tertentu di Bali— kepada masyarakat luas. Sayangnya, karena ia ‘built-in’ di dalam ritual keagamaan, ia jadi disangka hanya untuk umat Hindu di Bali. Sehingga yang merasa bukan umat Hindu, atau bahkan bukan umat Hindu ‘ala’ Bali, merasa tidak pantas melakoninya.

Padahal sama-sekali tidak begitu. Sebagai laku pemurnian-kembali martabat manusia, tentu saja setiap orang yang sadar —, bahkan manusia sadar manapun — yang telah timbul hasratnya untuk memurnikan diri kembali, ingin kembali kepada fitrahnya pantas melakoninya. Spiritualitas —berikut segala laku terkaitnya— adalah bagi umat manusia. Ia tidak dirancang untuk umat tertentu, untuk bangsa tertentu dengan ideologi tertentu saja. Ia tidak dibatasi oleh penggolongan dan pemisah-misahan serupa itu. Ia bersifat teramat sangat universal.

No comments:

Post a Comment