~ It's simple. Just say what you want (Don't say what you don't want)... ~

Friday, December 3, 2010

PENGARUH TASAWUF AL-GHAZALI DALAM ISLAM KEJAWEN



Tentang agami sebagai akronim agemaning (pakaian) iman, Islam Kejawen mengajarkan bahwa keimanan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dijahit dengan amal saleh atau amal perbuatan yang baik, yang mulia. Seseorang akan dapat mengerjakan amal perbuatan yang baik jika memiliki budi pekerti luhur, memiliki akhlak mulia.

Ajaran mengenai akhlak mulia Islam Kejawen, menurut sahabat sekaligus salah seorang guru saya almarhum ustadz Tijani Jauhari dari pesantren Al-Amien, Prenduan Madura, pada umumnya bersumber dari ajaran Al Ghazali, yang dikenal sebagai salah satu kitab kuning. Kitab-kitab klasik yang lebih dikenal sebagai kitab kuning karena kertasnya berwarna kekuningan, yang merupakan kitab-kitab rujukan utama di pesantren-pesantren Nusantara terutama di Jawa dan Madura antara lain adalah kitab Ta’limul Muta’alim (etika santri), Nashoihul Ibad (Nasihat Penghuni Dunia karya Imam Nawawi Al-Banteniy) serta tiga karya Al Ghazali yaitu Bidayah al Hidayah, Ihya Ulumuddin dan Minhajul Abidin (Menuju Mukmin Sejati).

Ajaran tasawuf Al Ghazali itu pulalah yang kemudian membentuk budi pekerti orang Jawa yang lebih mengutamakan kesalehan pribadi dibanding kesalehan sosial, serta pola hidup sederhana dan nrimo atau qanaah.

Kesalehan sosial yang lebih merupakan tanggungjawab para guru dan pemimpin negara (ulama dan umaroh) akan mudah terwujud apabila kesalehan pribadi, pola hidup sederhana dan qanaah menjadi inti dari pakaian keimanan orang perorang. Sayangnya, kesalehan pribadi itupun kini memudar tatkala pola hidup sederhana dan nrimo atau qanaah telah diluluhlantakkan oleh budaya modern yang mengutamakan materialisme. Prestasi kehidupan tidak lagi diukur dari pencapaian idiil, tetapi dari harta benda atau materi.

Akibat selanjutnya adalah rancunya, untuk tidak mengatakan rusak, budi pekerti luhur atau pun akhlak mulia. Orang tidak lagi peduli pada etika dan tata cara, melainkan hanya mengutamakan hasil. Orang tidak lagi peduli baik dan buruk sampai-sampai timbul ungkapan “Biar dari setan belang pun nggak peduli” atau “Cari yang haram saja susah apalagi yang halal”. Naudzubillah.

(Pengembaraan Batin Orang Jawa di Lorong Kehidupan : Hal 82-84
Foto kiri : Ustadz K.H. Tidjani Jauhari MA, kanan : Al-Ghazali)
»»  READMORE...
READ MORE - PENGARUH TASAWUF AL-GHAZALI DALAM ISLAM KEJAWEN