Sesuatu yang ‘spesial’ bagi kita umumnya tampak menarik, membangkitkan selera dan rasa kagum. Apa yang spesial bagi Anda? Anda tahu itu bukan? Kitapun tahu kalau, apa yang spesial bagi kita, belum tentu spesial juga bagi orang lain. Ini erat kaitannya dengan pengalaman, ingatan, dan tentunya selera masing-masing. Sesuatu yang spesial bagi saya boleh jadi harus buatan luar-negri, berharga mahal, sangat langka dimana hanya beberapa orang saja yang memilikinya di dunia ini; akan tetapi bagi Anda boleh jadi itu malah tidak spesial sama-sekali. ‘Memahami diri sendiri’ mungkin sesuatu yang tidak spesial, atau bahkan remeh bagi Anda atau banyak orang, karena Anda telah merasa memahami diri Anda. Tapi tunggu dulu; benarkah Anda memahami diri Anda? Benarkah? Atau malah jangan-jangan apa yang Anda sangka sebagai diri kalian itu hanyalah ‘apa yang dikatakan orang tentang Anda’ dimana itu kalian rasakan sebagai menyenangkan, sesuai dengan apa yang kalian harapkan, cita-citakan, sehingga Anda menerimanya dengan senang-hati. Tidakkah begitu? Periksalah kawan! Anda adalah sesosok pribadi yang sangat spesifik, unik, sangat spesial, tiada duanya. Bahkan kembaran Andapun tidak persis sama dengan Anda. Makanya, bukankah sesuatu yang amat sangat menarik untuk memahami diri Anda sendiri? Anehkah kalau saya malah merasa heran kalau Anda tidak melihat bahwasanya memahami diri sendiri adalah sesuatu yang amat sangat spesial? Agaknya sudah berkali-kali disampaikan sebelumnya kalau, guna memahami diri sendiri kita mesti menyelam jauh ke dalam si diri, ke dalam —apa yang selama ini kita sangka sebagai— diri kita ini. Dan itu, juga bisa berarti ‘penelanjangan-diri’ sepenuhnya. Kita telanjang kalau hendak mandi, hendak membersihkan tubuh ini dari semua kekotoran-kekotorannya. Demikian juga halnya bila kita hendak ‘membersihkan-diri’, ‘memurnikan-diri’ kita. Kita mesti melucutinya dari semua atribut, dari semua polesan, dari semua embel-embel yang dikenakannya selama ini —baik yang menyenangkan pun tak menyenangkan. Beranikah Anda benar-benar telanjang?
Tuesday, September 28, 2010
Berani benar-benar Telanjang?
Sesuatu yang ‘spesial’ bagi kita umumnya tampak menarik, membangkitkan selera dan rasa kagum. Apa yang spesial bagi Anda? Anda tahu itu bukan? Kitapun tahu kalau, apa yang spesial bagi kita, belum tentu spesial juga bagi orang lain. Ini erat kaitannya dengan pengalaman, ingatan, dan tentunya selera masing-masing. Sesuatu yang spesial bagi saya boleh jadi harus buatan luar-negri, berharga mahal, sangat langka dimana hanya beberapa orang saja yang memilikinya di dunia ini; akan tetapi bagi Anda boleh jadi itu malah tidak spesial sama-sekali. ‘Memahami diri sendiri’ mungkin sesuatu yang tidak spesial, atau bahkan remeh bagi Anda atau banyak orang, karena Anda telah merasa memahami diri Anda. Tapi tunggu dulu; benarkah Anda memahami diri Anda? Benarkah? Atau malah jangan-jangan apa yang Anda sangka sebagai diri kalian itu hanyalah ‘apa yang dikatakan orang tentang Anda’ dimana itu kalian rasakan sebagai menyenangkan, sesuai dengan apa yang kalian harapkan, cita-citakan, sehingga Anda menerimanya dengan senang-hati. Tidakkah begitu? Periksalah kawan! Anda adalah sesosok pribadi yang sangat spesifik, unik, sangat spesial, tiada duanya. Bahkan kembaran Andapun tidak persis sama dengan Anda. Makanya, bukankah sesuatu yang amat sangat menarik untuk memahami diri Anda sendiri? Anehkah kalau saya malah merasa heran kalau Anda tidak melihat bahwasanya memahami diri sendiri adalah sesuatu yang amat sangat spesial? Agaknya sudah berkali-kali disampaikan sebelumnya kalau, guna memahami diri sendiri kita mesti menyelam jauh ke dalam si diri, ke dalam —apa yang selama ini kita sangka sebagai— diri kita ini. Dan itu, juga bisa berarti ‘penelanjangan-diri’ sepenuhnya. Kita telanjang kalau hendak mandi, hendak membersihkan tubuh ini dari semua kekotoran-kekotorannya. Demikian juga halnya bila kita hendak ‘membersihkan-diri’, ‘memurnikan-diri’ kita. Kita mesti melucutinya dari semua atribut, dari semua polesan, dari semua embel-embel yang dikenakannya selama ini —baik yang menyenangkan pun tak menyenangkan. Beranikah Anda benar-benar telanjang?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment