Mohon jangan pernah menyangka kalau kehidupan Anda tanpa makna. Lepaskan sangkaan keliru itu. Anda tak perlu mencari-cari makna kehidupan Anda kesana-kemari. Hentikan itu segera!
Kehidupan selalu bermakna. Disadari atau tidak, kehidupan selalu penuh makna —baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi kehidupan lain dan alam. Kalau sebatang rumputpun bermakna bagi makhluk lainnya, apalagi kehidupan Anda. Jangankan kehidupan makhluk-hidup, keberadaan benda-matipun bermakna bagi yang lainnya.
Namun, ketika keinginan mulai menyentuhnya, kekacauanpun mulai terjadi. Kenapa? Karena pikiran —yang juga merupakan akumulasi dari berbagai bentuk keinginan— mulai merancang daya-upaya untuk menjadikannya “lebih”. Padahal, pikiran sendiri tidak tahu betul apa kehidupan ini sesungguhnya. Dalam rangka menjadikannya “lebih” inilah kekacauan demi kekacauan terjadi.
Sadarkah Anda apa sebetulnya yang berkeinginan menjadikannya “lebih”? Itulah si aku yang serakah. Yang serakah akan selalu ingin “lebih”; apakah itu lebih dari apa adanya, ataukah lebih dari “yang lainnya” —yang ia anggap sebagai bukan dia. Akan selalu begitu. Begitulah gerak dari keserakahan.
Seperti telah kita bicarakan sebelumnya, keinginan untuk menjadikan kehidupan ini bermakna hanya muncul bila kita “mengakui” kehidupan ini sebagai “kehidupanku”. Disini tampak jelas kalau si aku-lah yang “meng-aku-i” itu. Tanpa hadirnya si aku, tak akan pernah ada yang namanya “meng-aku-i” bukan?
Si aku inilah yang punya banyak keinginan, yang sangat serakah. Dan si aku jualah yang merasa sebagai pelaku dan yang merasakan segala konsekuensi dari apa yang diperbuatnya; ia juga kemudian memberi predikat kepada yang dianggapnya sebagai “bukan-aku”, juga sebagai “yang lainnya”. Walau sebetulnya tidak ada “yang lainnya”, semasih si aku berkuasa, bercokol di benak kita, maka selalu harus ada “yang lainnya”.
Bila Anda menyadari kalau kehidupan ini selalu bermakna, penuh makna, dan bila Anda menyadari kalau setiap keberadaan bermakna, maka Anda akan berhenti mencari makna hidup. Anda sudah menemukannya. Namun ini tidak berarti membuat Anda mandeg. Anda memang tidak perlu lagi mencari makna hidup, tapi Anda tetap merasa wajib menjaganya, memeliharanya. Dan, bila Anda punya kemampuan untuk itu, merasa berkepentingan mengisi kehidupan dengan warna-warni, menghiasinya dengan nuansa-nuansa indah agar bisa dinikmati oleh kehidupan-kehidupan lainnya...maka lakukanlah itu! Tapi jangan pernah menyangka untuk kemudian mengakui kalau semua itu lantaran Anda. Sadarilah bahwa itu hanyalah tindakan dari Kemurnian Hidup itu sendiri.
No comments:
Post a Comment