~ It's simple. Just say what you want (Don't say what you don't want)... ~

Thursday, September 23, 2010

" ngundhuh wohing pakarti "



Inilah salah satu konsep dasar untuk mengendalikan kelangsungan peradaban kehidupan manusia.

Ngundhuh Wohing Pakarti

Ngundhuh = memanen, menuai, memetik hasil
Woh = buah
Ing = pada, dalam hal
Pakarti = perbuatan, tindak tanduk, tingkah laku

Jadi Ngundhuh Wohing Pakarti maknanya kurang lebih adalah Menuai hasil perbuatan sendiri.

Konsep ini diadopsi oleh berbagai peradaban, agama dan kepercayaan untuk menjaga agar proses kehidupan tetap berlangsung.

Dalam beberapa agama diperkenalkan konsep adanya perbuatan baik yang berujung ke sorga dan perbuatan jelek yang berujung ke neraka.

Dalam agama atau kepercayaan yang lain dikenal juga adanya Karma terhadap seluruh perbuatan yang sudah dilakukan.

Tujuan semua ini adalah untuk medorong manusia untuk selalu berbuat baik dengan harapan akan memperoleh kebaikan.
Dan secara general konsep "kebaikan" sifatnya universal di seluruh peradaban tanpa pernah ada konsensus bersama, tapi muncul dari kesadaran diri sebagai manusia.

Sederhananya, peribahasa Jawa itu setara lah denganHukum Karma. Tepatnya, dapat diartikan sebagai menuai atau memetik hasil perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, ada peribahasa yang senada; tak ada asap maka tak ada api. Dalam Fisika, ada Hukum Aksi-Reaksi.

Sebagai orang Jawa –walaupun asal-turunnya entah dari mana–, juga sesuai agama yang saya anut, saya sangat percaya pada ngundhuh wohing pakarti itu.

Orang bijak selalu bertindak hati-hati, berfikir jauh ke depan jika akan melakukan suatu pekerti, karena mereka yakin, apa yang mereka lakukan akan kembali pada diri sendiri. Jika melakukan pekerti yang baik maka akan mendatangkan kebaikan, dan sebaliknya jika melakukan pekerti yang buruk juga akan kembali pada diri sendiri. Jika melakukan pekerti yang merugikan orang lain pun suatu saat diri sendiri yang akan merugi.

Menurut petuah religi, hanya pada umat terdahulu wohing pakarti akan diberikan serta-merta. Pada umat terkini, akan hanya sebagian kecil diserta-mertakan dan sebagian besar ditunda hingga akhir zaman.

Barangkali karena itulah umat terkini semakin tidak semena-mena. Berbuat apa saja sekehendak hatinya tanpa sadar bahwa wohing pakarti pasti akan dituai nantinya.

No comments:

Post a Comment